Monday, September 26, 2016

Bergabung dalam Forum Penulis Kebumen

 Pengalaman penolakan naskah oleh penerbit, seringkali dapat menyurutkan semangat untuk terus menulis. Akibatnya aktivitas menulis bisa jadi mandeg. Begitu juga dengan aktivitas membaca, ikut berkurang. Untuk menghindari kondisi seperti itu, aku biasanya aktif menemui  teman secara perorangan maupun kelompok.

Tetaplah berada di dekat tungku perapian
Pertemuan itu biasanya aku manfaatkan untuk berdiskusi dan sharing serta memecahkan persoalan-persoalan seputar kepenulisan. Kegiatan seperti itu, aku rasakan sungguh sangat bermanfaat. Membuat aku tambah bersemangat dan bangkit lagi.  Aku jadi ingat petuah para motivator. Kalau engkau ingin senantiasa hangat, senantiasa dekatlah dengan tungku perapian.

 Jika ingin terus eksis dalam kegiatan kepenulisan, maka buatlah lingkunganmu itu lingkungan membaca dan menulis. Dari buku bacaan, percakapan, maupun komunitas harus mendukung. Senantiasalah mengikuti pertemuan, pelatihan, workshop, maupun kursus-kursus menulis. Bersyukur, di Kebumen ada forum penulis dan ada orang-orang  yang dapat diajak berbincang seputar kegiatan menulis.

Forum penuli kebumen
Di forum penulis kebumen, aku dapat bertemu dan berbincang dengan Bapak Ambijo. Seorang penulis Kebumen yang sangat produktif. Tulisan-tulisannya banyak dimuat di berbagai penerbitan. Beliau juga termasuk orang yang menggagas berdirinya Forum Penulis Kebumen. Saat ini bapak yang usianya tidak muda lagi itu, bertindak sebagai ketua forum.


Bertemu dengan sosok Ambijo, terasa ada proses re-charging energi menulisku. Semangatnya yang tinggi untuk terus berkarya, terus menulis artikel dan surat pembaca ke banyak penerbit. Di rumahnya di Jalan Sarbini, bapak yang pensiunan pegawai bank BUMN ini, juga masih sempat mengelola perpustakaan sebagai taman bacaan masyarakat. Semakin jelas sudah gambaran Bapak Ambijo ini tentang perhatiannya terhadap dunia kepenulisan. 

Menulis di surat kabar harian

Pengalaman menulis e-Book dan “menerbitkannya” ternyata tidak semenantang ketika tulisanku berhasil pertama kalinya dimuat dalam kolom Wacana di  harian surat kabar Suara Merdeka. Menulis artikel di koran sangatlah ketat aturannya dan sangat kompetitif. Seperti lolos dari lubang jarum!

Bagaimana tidak?  Ketika artikel dapat dimuat di surat kabar harian, minimal tulisan itu telah memenuhi tema saat harian itu terbit.” Sehingga haruslah kita mengetahui tema harian atau minimal tema mingguan surat kabar” Itulah kira-kira saran yang diberikan Pak Cocong-seorang Redaksi Senior Wacana, Harian Suara Merdeka.  Seringkali aku menulis dan mengirimkannya ke harian surat kabar dan tidak dimuat, itu karena tema  tulisanku sudah lewat.

Memahami tema surat kabar
Tema di harian surat kabar, jika aku perhatikan berubah setiap hari atau minggu. Untuk itu, aku harus mengetahui dan mencoba mengikutinya. Dalam hal ini, aku harus mengetahui atau memiliki daftar event penting atau  hari-hari besar nasional selama satu tahun. Dengan demikian, aku dapat menyiapkan tulisan untuk suatu tema sesuai event atau hari besar tertentu. Aku ingat ketika menulis artikel tentang kualitas pelayanan kesehatan, dimuat dua hari setelah peringatan Hari Kesehatan Nasional, 12 November beberapa tahun lalu.

Hal lain yang dapat menjadi tema surat kabar, adalah adanya peristiwa atau fenomena yang menjadi trending topic di masyarakat. Tetapi, dengan menulis sesuai tema penerbitan pun ternyata tidak jaminan dimuat dalam harian surat kabar. Hal ini, disebabkan  penulis kolom untuk satu tema penerbitan itu sangatlah banyak  Sedangkan jumlah artikel yang tersedia dalam satu kolom, tentulah sangat terbatas. jumlahnya.  

Memenuhi kriteria kualitas penulisan yang disyaratkan
Sebut saja misalnya dalam kolom Wacana Suara Merdeka, rata-rata hanya tersedia dua artikel. Dari dua itupun masih dibagi menjadi dua, yaitu Wacana Nasional dan Wacana Lokal. Praktis ketika kita membidik tulisan kita untuk dimuat dalam Wacana Lokal, maka kuota yang tersedia, hanya satu artikel!  Sehingga ketika tulisan kita dimuat dalam kolom, seperti Wacana misalnya, sungguh,  tulisan kita telah berhasil menyisihkan ratusan tulisan pesaingnya.

Sehingga, penting bagi kita untuk mengetahui standar kualitas tulisan yang dipersyaratkan oleh surat kabar.  Pernah suatu kali, aku menanyakan perihal nasib tulisan yang aku kirimkan. Jika secara tema, aku yakin masuk, tetapi sampai dua minggu sejak aku kirim via e-mail, tak kunjung terbit juga.

Menjalin komunikasi dengan redaksi
Hari berikutnya, aku memperoleh  e-mail balasan. Intinya, dari redaksi menyampaikan, bahwa pada dasarnya tulisanku memenuhi tema. Mereka meminta agar aku menyederhanakan tulisan hingga memenuhi jumlah karakter yang disyaratkan.

Ketika tulisan itu aku perbaiki dan aku kirimkan kembali sesuai yang disarankan redaksi, namun hingga kini tulisan itu tidak pernah dimuat. Aku sadar, walaupun sudah aku perbaiki naskah tulisanku sesuai persyaratan jumlah karakter huruf, namun secara tema jelas sudah lewat dan tidak sesuai.  Meskipun tulisanku akhirnya tidak dimuat, aku tetap salut pada dewan redaksi Wacana yang memberikan layanan terbaiknya. 
Hal-hal diatas tadi, bagiku  merupakan tantangan, yang memacu untuk terus belajar menulis yang lebih baik dan tidak mandeg.

Sunday, September 25, 2016

Menggali ilmu dari Kursus menulis buku online

 Tidak jauh dari  membaca, ketrampilan menulis harus terus dipupuk dengan terus belajar menulis dan menulis. Ini seperti yang diajarkan Ibu Agus Mita kepadaku, ketika aku berkesempatan mengikuti kursus online-nya. Dengan metode 2JT sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan menulis. Apalagi dengan paket materi belajar dalam format file mp4, peserta dapat melihat pengalaman praktek menulis cepat dan efektif.

Metode 2JT
Prinsipnya untuk meningkatkan kemampuan menulis ada aturan dasarnya. Jangan kritik tulisan kita. Jangan berhenti menulis. Teruslah menulis hingga tuntas seluruh gagasan itu dapat dituangkan. Itulah cara kerja metode 2 JT.
Ketika aku coba praktekan aturan dasar itu, memang luar biasa. Serasa tangan di atas keyboard komputer itu tidak mau berhenti, mengikuti jalan pikiran kita. Jari-jari tanganku terus menulis, hingga tidak terasa aku telah menghabiskan banyak halaman kertas pada layar MS Word.
Tetapi kapan aku harus berhenti dan mengeditnya? Aku pernah menanyakan ini pada Bu Agus Mita, ketika berkesempatan chatting menggunakan Yahoo Masanger.  “Seperti aturan dasarnya, berhentilah setelah tuntas anda dapat menuangkan gagasan itu” Demikian pesan singkat Bu Agus Mita menjawab pertanyaanku.

Menggunakan mind-map
Untuk memudahkan melokalisir gagasan, biasanya aku melakukannya dengan membuat mind-map dari tema besarnya,  ke dalam sub-sub tema. Sehingga ketika harus menggunakan metode 2JT, aku dapat meng-explore seluruh gagasan itu per sub tema. Sehingga dalam waktu yang sama, aku sudah membandingkan, metode 2JT dengan menggunakan mind-map lebih efektif.

10 Senjata pamungkas
Hal menarik lainnya mengikuti kursus menulis online pada Ibu Agus Mita itu di bagian akhir kursus menulis. Ada modul yang di tulis Pak Udin (Suami Ibu Agus Mita), berisi jurus-jurus pamungkas untuk membuat tulisan menjadi lebih berenergi. Hingga saat ini sepuluh jurus itu masih sering aku membaca ulang dan menerapkannya pada tahapan mengedit tulisan. Ingin sekali aku menuliskan pesan-pesan pak Udin itu disini.
  1. Memberi penjelasan. Senjata penjelasan bisa memberikan pemahaman lebih cepat ketimbang hanya menyebutkan sebuah fakta saja. Dengan menjelaskan tempat, orang tak salah alamat. Dengan menjelaskan waktu, orang jadi tahu hari, tanggal, bulan dan tahun. Dengan menjelaskan cara, orang tahu memperlakukan sesuatau. Begitulah Senjata Penjelasan bekerja. Ia sangat ampuh memahamkan pikiran manusia.
  2. Memberi pengulangan. Ya, keampuhan pengulangan itu seperti iklan produk yang sering diulang-ulang di TV. Semakin sering diulang semakin nancap image produk tersebut dibenak konsumen dan semakin tinggi pula keinginan untuk membeli produk.
  3. Menyisipkan kutipan. Dengan mengutip pendapat orang lain, pembaca akan percaya pada Anda karena bukan Anda yang berpendapat melainkan “orang penting”.
  4. Menyegarkan suasana dengan menghadirkan positif-negatif.  Caranya adalah dengan meletakkan yang buruk disamping yang baik atau sebaliknya. Meletakkan yang atas setelah yang bawah atau sebaliknya. Meletakkan yang kiri setelah yang kanan atau sebaliknya. Kita dapat menngunakan kata penghubung: tapi, namun atau padahal.
  5. Menyentil dengan pertanyaan retoris.
  6. Memberi penjelasan berjentjang untuk memukau. Membawa pembaca untuk naik level ke pemikiran, perasaan atau keadaan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Dan semua orang selalu senang bila diajak naik, bukanya berhenti di satu titik.
  7. Menyisipkan data statistik juga dapat membuat tulisan Anda bernilai tinggi. Ia merupakan hasil penelitian. Dan tentu saja sangat ampuh menarik kepercayaan. Cantumkan ia dalam tulisan Anda.
  8. Mendeskripsikan fakta, anda seperti menyuguhkan bayangan akan potret fakta tersebut dengan lebih elok, lebih menyentuh, lebih nyata.
  9. Membuat contoh. Tanpa contoh pembaca tidak menemukan sesuatu yang berhak untuk diteladani dan atau untuk ditinggalkan
  10.  Membuat Analogi,  dengan cara membandingkan dua hal yang mengandung banyak persamaan sehingga dapat ditarik kesimpulan yang sama.


Kursus yang menguatkan
Dari mengikuti kursus menulis online ini, aku memperoleh keberanian, semangat dan kemauan. Dari kursus menulis buku inilah akhirnya, ide menulis e-Book, yang sudah lama maju-mundur, pasang-surut itu akhirnya terwujud. Sekali lagi aku melihat metode 2JT itu, menurutku tidak membahas teori-teori menulis, tetapi mengajak seseorang untu melakukan. 

Google Adsence meningkatkan ketrampilan, sekaligus pendapatan

Efek positif lain dari menulis dan mengelola web selain sebagai media latihan menulis, ternyata blog dapat berfungsi sebagai media pemasaran online. Dan pemilik blog tidak harus memiliki produk sendiri yang akan dijual.

Konsep ABG dalam Adsence
Dengan konsep adsence, yang dirancang misalnya oleh Goggle Adsense, pemasaran melalui internet (internet marketting) itu melibatkan tiga fihak utama, sebut saja ABC (Advertiser-Blogger-Coorporate).  Advertiser adalah fihak atau perusahaan pemilik produk yang akan dipasarkan. Blogger adalah pemilik blog atau website yang dapat memasarkan produk dalam bentuk iklan. Dan corporate atau fihak yang mempertemukan kedua fihak advertiser dan blogger, seperti Google.

Bagaimana sistem itu bekerja? Dalam hal ini corporate Google menerima pesanan dari pemilik produk untuk dipasangkan iklannya di sejumlah blog yang memenuhi syarat.  Sementara itu, Google akan meng-aproval sejumlah blog atau website yang mendaftar sebagai pengiklan produk. Bagi blog yang di aprove akan dipasangi iklan oleh Google. Sebagai imbalannya Google akan membayar ke pemilik blog (Blogger).

Meningkatkan  income dari Google Adsence
Pendapatan dari Google Adsense yang diterima blogger,  dihitung berdasarkan jumlah klik yang dilakukan oleh pengunjung pada iklan yang terpasang. Oleh karena itu, semakin banyak pengunjung website, besar kemungkinannya melakukan klik pada iklan yang ada di website atau blog. Semakin banyak pengunjung yang melakukan klik pada iklan yang ada di website atau blog, makin banyak pula pendapatan yang dapat diterima.


Karena faktor inilah, maka jika seorang blogger hendak meningkatkan pendapatannya, maka seorang blogger harus  rajin menulis dan meng-update posting-postingnya di blog. Dengan begitu akan meningkatkan nilai SEO (search engine optimization) suatu blog, menyebabkan meningkatnya jumlah pengunjung. Dengan terus menulis di blog, akan mendatangkan manfaat ganda:  ketrampilan menulis kita terus terpupuk dan pendapatanpun makin menumpuk.

Mengelola website, mengelola tulisan

Awalnya ketertarikanku untuk membuat website dalam format blog itu karena banyak penyedia blog yang memberi banyak kemudahan.  Alamat sub domain yang bisa dipilih sendiri, template yang user-friendly, dan gratis web hosting-nya. Bahkan akhir-akhir ini  ada penyedia blog yang menyediakan format blog untuk toko online, yang digunakan untuk berjualan melalui internet.

Dapat membuat lebih dari satu blog
Kemudahan lain dari penyedia blog, memungkinkan aku membuat blog lebih dari satu, dengan cepat dan mudah. Dalam satu akun misalnya, aku dapat memiliki lebih dari satu blog dengan alamat dan tema yang berbeda. Blog-blog itu aku memanfaatkannya sebagai media latihan menulis, menyampaikan gagasan dan menyalurkankannya dalam bahasa tulis. Sejauh ini, paling tidak aku memiliki lima website pribadi  dalam format blog. Kelima blog itu antara lain, ada yang membahas seputar panduan menulis proposal dan laporan penelitian, memuat tulisan-tulisan manajemen kinerja pegawai, mengenal budaya nusantara. 

Memposting tulisan di blog sesuai tema
Masing-masing blog aku gunakan sebagai mind map yang mengelompokkan gagasan-gagasan itu ke dalam satu tema tertentu. Misalnya  hari ini aku ada ide dan menulis tentang riset atau penelitian, maka posting itu aku letakkan di blog menulis proposal penelitian. Jika aku ada ide menulis tentang budaya, daerah, makanan khas atau tempat wisata, maka postingnya aku letakkan dalam blog mengenal budaya, dan seterusnya.

Mudahnya membuat buku sendiri
Pada suatu saat, aku pernah berfikir akan menerbitkan buku, yang berasal dari kumpulan posting-posting blog itu. Dari kelima blog yang aku miliki tersebut, minimal aku dapat menghasilkan lima buah buku. Berita baiknya, saat ini sangat mudah untuk mewujudkan keinginan membuat buku sendiri.


Banyak layanan di dunia maya ini, untuk mencetak blog itu dalam bentuk buku. Sebut saja misalnya layanan www.blogtoprint.com. Dengan sedikit proses, kumpulan posting blog itu sudah berubah menjadi buku dalam format Pdf.  Jika kita setuju biayanya dan kita sudah melakukan pembayaran, maka file buku tersebut segera dikirim via e-mail. Maka selesailah kita melakukan self-publishing buku.

Menjual e-Book menjadi bisnis keluarga

 Ketika e-Book “Cara mudah menulis proposal penelitian” sudah selesai, sekarang giliran aku untuk menjualnya. Untuk menjual e-Book aku memilih cara yang paling efisien. Dengan begitu, aku dapat menjualnya dengan harga yang sangat terjangkau. Awalnya e-Book Book “Cara mudah menulis proposal penelitian” aku jual dengan harga Rp 20.000,- Namun belakangan, aku justru banyak pesanan e-Book itu dengan harga Rp 25.000,-!

Terinspirasi dari kursus menulis buku
Mengapa bisa begitu? Ini bisa terjadi tentulah tidak lepas dari kuasa Allah SWT melalui banyak jalan yang aku tidak pernah menduganya. Awalnya adalah kursus tertulis menulis buku dengan metode 2JT asuhan Bu Agus Mita. Kursus ini bagiku pribadi sangat menginspirasikan banyak hal. Bahkan sejak proses pendaftaranya.

Kaitanya dengan bisnisku menjual e-Book, aku punya cerita yang menarik. Terinspirasi ketika aku memutuskan bergabung mengikuti kursus tertulis menulis buku. Ketika suatu malam, kira-kira menjelang jam 22.00 WIB, aku browsing dan menemukan alamat web kursus tertulis menulis buku. Aku sangat tertarik untuk mendaftar. Tetapi aku terkendala, karena cara pembayaran pendaftarannya melalui transfer melalui rekening. Padahal aku tidak memiliki fasilitas SMS Banking.

Dengan rasa penasaran, akhirnya aku beranikan menulis pesan singkat (SMS), tentang masalah yang aku hadapi untuk mengikuti kursus, jika harus transfer sejumlah uang ke rekening malam itu. Selang beberapa saat, aku memperoleh  SMS jawaban: “Terimakasih Pak Cokro, atas respon bapak untuk mengikuti kursus tertulis menulis buku dengan metode 2JT. Jika kesulitan mentransfer biaya kursus Rp 200.000,- sebenarnya ada cara lain. Yaitu dengan transfer pulsa sebesar Rp 250.000,-“

Memperoleh jawaban seperti itu, spontan malam itu juga aku berhasil mentransfer pulsa senilai Rp 250.000,- melalui teman sekantor, yang biasa menjadi langganan pulsa. Dan sejak saat itu juga pendaftaranku berhasil, dan akupun resmi menjadi peserta kursus untuk tiga bulan ke depan.

Pelajaran bisnisnya, adalah kemudahan akses.
Menyadari kejadian itu, lantas aku berfikir. “Mengapa tidak aku terapkan untuk bisnis penjualan e-Bookku?”  Bagaimana caranya? Aku akan merubah pilihan harga e-Book “Cara mudah menulis proposal penelitian” dari Rp 20.000,- dengan cara transfer ke nomor rekeningku. Dari pengalaman itu, aku menambahkan pilihan harga e-Book Rp 25.000,- jika pembayarannya melalui transfer pulsa telpon selulair. Dengan menggantii nomor hanphone untuk pemesanan dan transfer pulsa, aku menggantinya dengan nomor handphone isteriku, yang menggunakan pulsa pra-bayar.


Dengan alternatif pembayaran melalui transfer pulsa, jumlah pembelian e-Book“Cara mudah menulis proposal penelitian” dalam tiga bulan, meningkat lima kali lipat dari cara pembayaran terdahulu. Bahkan dalam satu periode bulan tertentu, sekitar Bulan Mei-Juni, handphone isteriku kebanjiran pulsa! Untungnya, operator sesulairnya memiliki fitur untuk transfer pulsa ke sesama pengguna. Sehingga, dengan memanfaatkan fitur layanan itu, isteriku dapat berbagi dan menjual pulsanya.

Menulis e-Book berbekal kumpulan tulisan di website

Dari hasil mengelola beberapa website, aku berkeingan untuk membuat e-Book dan menjualnya melalui website. Setelah materinya aku rasa cukup, dari kumpulan tulisan postingan di website, aku menulisnya dalam format e-Book “Cara Mudah Menulis Proposal Penelitian”.

e-Book tuntunan praktis
Karena e-Book ini bersifat tuntunan praktis, aku mengkombinasikan banyak hal yang ilmiah dan “njlimet”  itu menjadi sesuatu yang praktis, mudah dimengerti dan diterapkan. Dalam hal ini aku memadukan materi metodologi penelitian itu dengan hasil-hasil diskusi dan masukan pembaca,  keluhan mahasiswa serta share pengalaman pribadi dan teman dosen sebagai pembimbing dan penguji proposal penelitian.

Dari sifatnya yang praktis itu, e-Book itu cocok bagi siapa saja, mahasiswa reguler maupun non-reguler-yang notabene sangat minim memperoleh pengetahuan dari matakuliah metodologi. Sehingga tanpa harus ribet, proposal dan atau laporan penelitian mahasiswa, akan selesai tepat waktu, bahkan lebih awal!

Sebagai pendamping dosen pembimbing
Pengalaman menjadi mahasiswa dan menjadi dosen pembimbing dan penguji proposal dan laporan penelitian, mahasiswa mengeluh tentang penguasaan materi metodologi dan menerapkannya ke dalam proyek penelitiannya. Disamping itu, mahasiswa juga banyak mengeluh, waktu tidak cukup untuk dapat bertemu dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

Keluhan mereka yang mahasiswa reguler lebih beragam dibanding mahasiswa yang sudah bekerja atau non-reguler. Dari bagaimana  menyiapkan topik dan ide penelitian, tinjauan pustaka dan pencarian bahan dan buku sumber, jurnal ilmiah, metodologi penelitian dan analisis data statistik, konsultasi dengan pembimbing, mendesaknya batas waktu seminar dan pengumpulan laporan penelitian, tindak lanjut hasil koreksi dosen pembimbing maupun penguji serta kesiapan materi seminar. Belum lagi persoalan pemahaman tata tulis dan kemampuan menulisnya. Sedangkan mahasiswa karyawan yang non-reguler, hampir semua memiliki persoalan yang seragam. Mereka mengeluhkan semua hal yang dikeluhkan mahasiswa reguler itu!

Sebagai solusi

Sehingga kesimpulanku, jika saat ini anda juga mengalami hal yang sama seperti kebanyakan mahasiswa lainnya, yaitu mengalami kesulitan dalam menulis proposal dan laporan penelitian, maka layaklah untuk memiliki E-Book ini. e-Book yang setebal hampir 100 halaman ini berisi panduan praktis dan cocok untuk umum dan mahasiswa, baik mahasiswa reguler maupun non-reguler dalam  penulisan proposal dan laporan penelitian untuk  Kertas Kerja, Karya Tulis, Skripsi, Thesis atau Disertasi.

Melayani jasa konsultasi penulisan penelitian online

Dalam perkembangannya, websiteku itu makin banyak orang mengunjunginya. Diantara para pengunjung ada yang menyatakan terimakasih telah membantu studinya. Ada juga yang mengkopi materi posting untuk menyelesaikan tugas-tugas dosen mereka. Ada juga yang berulang-ulang bertanya, hingga ada juga yang menyatakan tidak puas, karena dirasa terlalu lama aku menjawabnya. Beberapa diantara  memohon agar aku mau menjadi konsultanya, mendampingi secara online selama mahasiswa sedang menyelesaikan penulisan proposal, proyek penelitian, hingga selesai ujian hasil.

Banyaknya permintaan
Mempertimbangkan banyaknya permintaan dari mahasiswa itulah kemudian aku melayani jasa konsultasi online penulisan proposal penelitian. Sehingga dalam website menulisriset aku tambahkan menu “Jasa Konsultasi”. Agar setiap pengunjung mengerti tentang tatacara memanfaatkan jasa tersebut, aku kemudian memuat beberapa tulisan yang berisi penjelasan pokok. Agar semuuanya mengetahui dan menyetujui proses jasa konsultasi itu dilakukan. Di kemudian hari,agar  tidak ada fihak yang menyalahkan atau mengeluh, setelah seseorang itu membayar sejumlah tertentu.

Beberapa hal yang diatur menyangkut ketentuan dan cara tatacara jasa konsultasi online penulisan proposal penelitian itu, adalah:
1.        Apa itu Layanan Konsultasi Penulisan proposal dan laporan penelitian itu?
2.        Bentuk Layanan Konsultasi Penulisan proposal dan laporan penelitian
3.        Biaya Layanan Konsultasi Penulisan proposal dan laporan penelitian
4.        Format Permintaan Menjadi Konsultan online penulisan proposal dan laporan  penelitian
6.        Prosedur permintaan Layanan Konsultasi Penulisan proposal dan laporan penelitian

Mekanisme penyelenggaraan jasa konsultasi

Secara mudahnya, jika seseorang pengunjung website, dalam hal ini seorang mahasiswa, setelah membaca ketentuan-ketentuan yang ada dan tertarik untuk memintaku sebagai konsultan, maka seseorang itu harus mengajukan “Surat permintaan menjadi konsultan penulisan proposal dan laporan penelitian”. Format surat tersebut dapat didownload atau dikopi-paste dari halaman web. Setelah diisi data pemohon dan jenis dan ruang lingkup konsultasi yang dipilih, dikirim via e-mailku cokroaminoto2007@gmail.com  Setelah itu, aku akan membuat perjanjian waktu kapan proses konsultasi itu dilaksanakan. Pada bagian awal, biasanya pemohon akan aku minta mengirimkan draft proposal penelitian yang akan dikonsultasikan. Ini penting, karena untuk menghindari anggapan sementara orang  bahwa jasa konsultasi ini disamakan dengan jasa pembuatan proposal. Dalam hal ini, aku mengutamakan ke-otentikan karya mahasiswa dan menentang plagiarism.

Saturday, September 24, 2016

Mengajar di STIKES: menulis dan berbagi

Mengajar di STIKES Muhammadiyah Gombong, merupakan kegiatan berbagi pengalaman dengan mahasiswa. Aku awali sejak tahun 2004, sejak lembaga itu masih berbentuk Akademi. Statusku di Stikes sebagai dosen tetap, pegawai tidak tetap. Awalnya aku mengajar manajemen kesehatan dalam keperawatan, Biostatistik dan Metodologi Penelitian. Sejak tiga tahun terakhir aku hanya mengajar Biostatistik dan Metodologi Penelitian. Sejak diberlakukannya sistem blok matakuliah,  kedua matakuliah itu sekarang digabung jadi satu dalam blok matakuliah Metode Penelitian.

Menyiapkan materi dan tugas lewat posting
Aku sebut sebagai kegiatan berbagi, karena peran dosen adalah memfasilitasi terjadinya proses transfer ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara timbal balik. Dari apa yang aku ketahui dari membaca, aku sampaikan kepada mahasiswa. Sekaligus, aku juga memperoleh masukan dari saran dan pertanyaan mahasiswa. Dari kegiatan ini, membuat aku lebih giat membaca dan mengumpulkan bahan bacaaan, terutama seputar teori dan praktek-praktek dalam metode penelitian. Inilah kemudian yang mendorong aku untuk membuat website pribadi tentang menulis proposal penelitian dalam format blog dan menulis postingnya.

Dari web ini, dalam bentuknya yang sederhana merupakan cikal bakal e-Learning matakuliah yang aku ampu. Di web itu, aku menulis materi kuliah sesuai silabus, serta beberapa materi yang terkait lainnya. Selain itu, aku juga membuat rencana penugasan dan lembar evaluasinya. Ada juga kolom diskusi dan komentar, yang memungkinkan mahasiswa dapat mengikuti dan membaca juga pendapat mahasiswa lainnya.

Melayani banyak mahasiswa
Lahirnya website menulisproposalpenelitian.com ternyata tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswaku di STIKES, tetapi banyak juga pengunjung dari luar. Ternyata banyak juga mahasiswa baik reguler maupun non-reguler yang membutuhkan materi, penjelasan dan diskusi seputar tugas-tugas matakuliah.

Banyak juga mahasiswa yang membutuhkan konsultasi atau pendampingan penulisan proposal penelitian. Mereka berasal dari berbagai strata maupun fakultas. “Kok bisa? Padahal anda kan bukan ahli pada bidang itu?” ada juga yang bertanya seperti itu. Mengapa tidak? Karena yang aku pelajari adalah metodologinya, bukan konten bidang ilmu yang hendak diteliti. Meskipun, ada beberapa bidang ilmu tertentu memiliki kekhasan tertentu dalam metode penelitiannya. 
Mengajar di STIKES Muhammadiyah Gombong, merupakan kegiatan berbagi pengalaman dengan mahasiswa. Aku awali sejak tahun 2004, sejak lembaga itu masih berbentuk Akademi. Statusku di Stikes sebagai dosen tetap, pegawai tidak tetap. Awalnya aku mengajar manajemen kesehatan dalam keperawatan, Biostatistik dan Metodologi Penelitian. Sejak tiga tahun terakhir aku hanya mengajar Biostatistik dan Metodologi Penelitian. Sejak diberlakukannya sistem blok matakuliah,  kedua matakuliah itu sekarang digabung jadi satu dalam blok matakuliah Metode Penelitian.

Menyiapkan materi dan tugas lewat posting
Aku sebut sebagai kegiatan berbagi, karena peran dosen adalah memfasilitasi terjadinya proses transfer ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara timbal balik. Dari apa yang aku ketahui dari membaca, aku sampaikan kepada mahasiswa. Sekaligus, aku juga memperoleh masukan dari saran dan pertanyaan mahasiswa. Dari kegiatan ini, membuat aku lebih giat membaca dan mengumpulkan bahan bacaaan, terutama seputar teori dan praktek-praktek dalam metode penelitian. Inilah kemudian yang mendorong aku untuk membuat website pribadi tentang menulis proposal penelitian dalam format blog dan menulis postingnya.

Dari web ini, dalam bentuknya yang sederhana merupakan cikal bakal e-Learning matakuliah yang aku ampu. Di web itu, aku menulis materi kuliah sesuai silabus, serta beberapa materi yang terkait lainnya. Selain itu, aku juga membuat rencana penugasan dan lembar evaluasinya. Ada juga kolom diskusi dan komentar, yang memungkinkan mahasiswa dapat mengikuti dan membaca juga pendapat mahasiswa lainnya.

Melayani banyak mahasiswa
Lahirnya website menulisproposalpenelitian.com ternyata tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswaku di STIKES, tetapi banyak juga pengunjung dari luar. Ternyata banyak juga mahasiswa baik reguler maupun non-reguler yang membutuhkan materi, penjelasan dan diskusi seputar tugas-tugas matakuliah.


Banyak juga mahasiswa yang membutuhkan konsultasi atau pendampingan penulisan proposal penelitian. Mereka berasal dari berbagai strata maupun fakultas. “Kok bisa? Padahal anda kan bukan ahli pada bidang itu?” ada juga yang bertanya seperti itu. Mengapa tidak? Karena yang aku pelajari adalah metodologinya, bukan konten bidang ilmu yang hendak diteliti. Meskipun, ada beberapa bidang ilmu tertentu memiliki kekhasan tertentu dalam metode penelitiannya.

Friday, September 23, 2016

Belajar dasar-dasar kewartawanan di Yayasan Al-Jabbar

Kemampuan menulis ternyata harus dilatih. Disamping, kita harus tahu tekniknya, menulis harus dilatih terus menerus, serta adanya kemauan. Mengapa bisa begitu? Karena menulis lebih merupakan kegiatan menuangkan gagasan. Banyak orang memiliki gagasan atau ide, namun hanya sedikit orang yang dapat mengungkapkannya secara teratur dan dapat diterima oleh orang lain. Agar dapat terampil menuangkan gagasan, seseorang harus berlatih. Berlatih memilih kata, berlatih merangkai kalimat, hingga berlatih membangun paragraf.

Kursus yang membuka wacana kepenulisan
Dalam hal menulis, aku akui bahwa menyukai aktivitas menulis ini sejak sekolah menengah dulu. Namun pada saat itu, aku tidak tahu bagaimana harus berlatih dan mengembangkan kemampuan. Aku hanya berangan-angan mempunyai profesi wartawan. Lantas aku bercita-cita menjadi seorang wartawan atau seorang penulis.

Hingga suatu saat, Sonhaji temanku sekolah di Sekolah Guru (SPG N Pekalongan), bercerita tentang kursus tertulis tentang dasar-dasar kewartawanan di Jakarta. Akupun sangat tertarik dan ikut mendaftar sebagai peserta. Pendaftarannya dikirim via pos, termasuk biayanya membayar melalui wesel Pos. Penyelenggaranya adalah Yayasan Al-Jabbar, Grogol, Jakarta Barat.

Lamanya waktu kursus, kalau tidak salah ingat berlangsung selama empat bulan. Materi dan panduan kursus dikirim secara tertulis melalui paket pos, dalam bentuk modul. Di dalam setiap modulnya, ada tugas  tertulis yang harus dikerjakan. Hasil jawabanya dirim kembali melalui pos. Hingga pada bulan ke empat, aku harus membuat tugas akhir, berupa naskah berita liputan tentang suatu kejadian.


Membangun  paragraf yang efektif
Dari mengikuti kegiatan kursus tertulis tersebut, hal paling “surprised” ketika aku memperoleh pengetahuan dan ketrampilan menyusun kalimat yang efektif untuk bahan berita bagi seorang wartawan. Selain itu, juga diajarkan bagaimana memilih kata, diksi dan gaya bahasa, menyusun kalimat dan mengembangkan paragraf.

Aku masih ingat, bagaimana teknik mengembangkan paragraf yang dinamis dan efektif. Paragraf yang dinamis tersusun oleh bangunan kalimat yang efektif. Sedangkan kalimat efektif  sangat dipengaruhi oleh struktur kalimat yang dipilih. Disamping itu, kalimat yang efektif dipengaruhi juga ketepatan pemilihan jenis kata dan gaya bahasa. Membangun paragram dalam tulisan, sebenarnya dapat mengikuti suatu pola. Pola umum yang aku pelajari dari kursus itu, adalah pola D-A-M-K. Apa itu? D itu singkatan dari duduk perkara, A itu singkatan dari analisa, M itu singkatan dari misal dan K itu singkatan dari kesimpulan.

Berdasarkan pola DAMK tersebut, maka sebuah paragraf, diawali kalimat yang mengungkapkan duduk perkara atau persoalan pokok yang mau dibahas. Setelah itu, diuraikan dengan kalimat-kalimat berikutnya. Kalimat itu dapat berupa kalimat atas jawaban pertanyaan apa, siapa, kapan, bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi. Teknik analisis ini merupakan yang umum dilakukan. Ada teknik lain yang dapat dilakukan seperti teknik kronologis.
Setelah, persoalan pokok itu diuangkapkan dan sudah diuraikan secara per baikan, maka tugas penulis adalah menghadirkan kepada pembaca menjadi “lebih nyata”. Sehingga seorang penulis atau wartawan, melaporkan suatu peristiwa secara kongkrit meskipun dalam kata-kata. Pada tahap ini, seorang penulis dapat memberi contoh, analogi atau rumus dan contoh perhitungan. Dapat juga mensimulasikan urutan pelayanan, atau kronologi sebuah kejadian. Setelah dijelaskan secara luas perbagian dengan contoh riil, pada tahap akhir tulisan atau menjadi penutup, seorang penulis memberikan kesimpulan, penegasan atau himbauan. Harapannya agar setelah membaca tulisan yang kita buat, seorang pembaca memperoleh gambaran yang sama tentang suatu peristiwa.


Wednesday, September 21, 2016

Kekuatan Penyuluhan Pasca Penimbangan

Sesuai jawabanku pada kader, saat pertemuan pembinaan kader posyandu dan dukun bayi beberapa waktu sebelumnya. Saat jadwal pertamaku mengikuti Posyandu di desa, aku sudah bersiap materi penyuluhan. Aku agak-agak lupa, tepat lokasinya waktu itu. Kalau tidak salah ingat, di Kelurahan Panjatan.  

Panjatan, merupakan salah satu dari keempat kelurahan yang ada di Kecamatan Karanganyar, setelah Kelurahan Karanganyar, Plarangan dan Jatiluhur. Posyandu kali ini bertempat di Balai Desa. Untuk menuju lokasinya, tidak jauh. Aku berangkat dari Puskesmas bersama Pak Slamet Cipto-juru imunisasi.

Aku niatkan untuk memberi penyuluhan pasca penimbangan bagi kader Posyandu. Begitu di lokasi, aku menyaksikan banyak ibu hamil, ibu bayi dan balita sedang dilayani kader. Kegiatan Posyandu sudah dimulai, sekitar setengah jam sebelum aku datang, kata seorang kader yang menerima kedatanganku dan Pak Slamet.
Melihat kehadirannku di Posyandu, aku melihat sekilas beberapa orang kader berbisik pada kader lainnya. Mungkin mereka yang sudah mengenal aku, ketika pertemuan di Puskesmas, menginformasikan kepada teman kader lainnya tentang keberadaanku disitu.

Persoalan regenerasi

Aku melihat kenyataan, bahwa sebagian besar kader penimbangan relatif umur mereka sudah usia tua. Keadaan ini dapat menimbulkan beberapa persoalan dalam program, pikirku. Pertama,  persoalan keberlanjutan dan masalah regenerasi. Karena bukan tidak mungkin, karena keadaan kesehatan dan faktor usia, kader berhalangan atau terganggu produktivitasnya. Kedua, tingkat penerimaan program dan faktor partisipasi. Aku merasa bahwa, pada golongan kaum muda masih belum banyak yang mau terlibat menjadi kader.

Lemahnya kemampuan memberi penyuluhan  

Dalam pelaksanaan Posyandu, aku mengamati jalannya pelayanan Posyandu dengan sistem 5 mejanya. Sesuai ketentuan 5 meja pelayanan, Posyandu diselenggarakan mengikuti urutan tertentu. Di meja pertama, pendaftaran, ada kader yang bertugas mendaftar menggunakan buku bantu sebagai daftar hadir. Kader di meja ini, juga mencatat bayi yang baru pertama kali menimbang atau ibu hamil yang mau periksa.  Setelah didaftar, kader mempersilakan untuk mengambil tempat duduk dan menunggu giliran untuk ditimbang. Pada saat ibu bayi/balita menunggu, sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh kader atau petugas untuk penyuluhan atau sosialisasi singkat. Ketika aku tanyakan kader, mengapa tidak dilakukan?  Jawabnya, singkat: “tidak bisa pak, Bapak saja dari petugas Puskesmas atau dari Kecamatan yang ngisi” Memanfaatkan, situasi kosong ini, aku memanfaatkan  menyampaikan pesan singkat manfaat menimbang bayi dan balita secara rutin.

Di meja dua, penimbangan, ada dua orang kader. Menimbang bayi dan balita, menggunakan timbangan dacin. Namun, untuk beberapa balita yang tidak mau ditimbang disiasati dengan menngunakan timbangan injak, meskipun sebenarnya hasilnya sangat tidak akurat. Kader lainya, mencatatkan hasil penimbangannya pada secarik kertas. Secarik kertas kecil yang biasa mereka sebut “girik” tersebut diserahkan kembali pada ibu bayi/balita, dengan cara menyelipkan pada kartu KMS.

Di meja tiga, pencatatan. Ada seorang kader mencatat hasil penimbangan ke KMS, berdasarkan catatan yang tertulis pada “girik”. Setelah kader mencatat KMS bayi/balita, kader mempersilakan ibu bayi/balita ke meja penyuluhan.

Dimeja empat, penyuluhan, ada seorang kader dengan beberapa perlengkapan seperti media penyuluhan “lembar balik” dan logistik posyandu dan bungkusan PMT penyuluhan (Pemberian makanan tambahan). Aku membayangkan bahwa, ibu kan dapat memperoleh pesan-pesan penyuluhan disini. Tetapi tebakanku meleset kali ini. Ibu bayi/balita hanya diberi sebungkus bubur kajang hijau kemudian pergi! Di meja ini sebenarnya, kader dapat memotivasi agar ibunya menimbangkan bayi/balitanya secara rutin. Perlu disampaikan juga hasil penimbangan bulan ini, jika dilihat grafiknya berdasarkan KMS. Serta pesan-pesan yang harus dilakukan,misalnya  jika hasil timbangannya naik atau sebaliknya, atau terhadap ibu bayi yang baru datang pertama kali menimbang. Sedangkan, bubur kacang hijau itu, maknanya jika ibu akan memberikan makanan tambahan yang sehat di rumah, maka pilihan jenis seperti bubur kacang hijau itu lebih baik. Dibandingkan jika anak-anak diberikan makanan jajan yang mengandung pewarna, pelezat dan pengawet.  

Di meja lima, pelayanan. Ada seorang kader, yang melayani ibu balita yang memerlukan bubuk oralit, vitamin A dosis tinggi, tablet tambah darah bagi ibu hamil, serta ibu bayi/balita yang akan mengimunisasikan anaknya. Dalam hal melayani imunisasi bayi/balita, kader tugasnya mencatat dan membantu petugas imunisasi, memanggil sesuai urutan antrian.

Pembinaan pasca Posyandu sebagai evaluasi dan penguatan kader


Setelah pelayanan posyandu dari meja satu sampai meja lima sudah selesai, kader- kader mengemasi peralatan. Sementara itu, petugas imunisasi mengepak kembali vaksin ke dalam cool-pack, dan beberapa petugas desa mempersiapkan dan mempersilakan minum, akupun bersiap untuk memberi penyuluhan dengan model santai. Jurus ini harus aku lakukan, dengan pertimbangan bahwa untuk ukuran kader, model belajar santai sangat diminati. Apalagi dengan contoh riil terhadap pekerjaan yang baru saja dilakukan, akan mudah diterima terhadap masuknya pesan.

Ternyata benar! Begitu, aku memulai membahas beberapa kejadian di masing-masing meja pelayanan. Seketika, suara gemuruh kader, berebut menyampaikan keluhannya. Dimulai dari kader yang aku anggap tertua disitu, aku persilakan untuk menyampaikan tanggapannya. “Kami sebenarnya, sudah lama menyampaikan ke desa, untuk minta diganti, tetapi tidak ada yang mau menjadi kader. Terutama yang muda-muda, beralasan, kalau kader tua saja, tidak dipercaya oleh ibu-ibu bayi/balita, apalagi yang muda”. “Baiklah, kalau demikian, mulailah calon kader yang muda, kita ajak ikut kegiatan Posyandu. Untuk sementara yang bersangkutan, tidak usah diserahi tugas khusus. Biarkan mereka memilih kegiatan atau tugas yang sementara ia bisa lakukan. Sambil menunggu saatnya, jika ada penyuluhan atau pelatihan kader, dapat diikutkan”
 Begitu jawabanku, untuk menengahi. Kemudian mereka saling mengusulkan akan mengajak  masing-masing satu orang tiap RT.

“Kuncinya sebenarnya, selain jumlah kader, yang kebanyakan sudah setua-tua saya ini, juga karena rendahnya pengetahuan. Sehingga kamipun banyak yang merasa canggung, kalau harus memberi penyuluhan kepada ibu-ibu bayi/balita” keluh kader lainnya, kemudian ada yang menimpalinya “selama ini, kami melakukan apapun, tidak ada yang memperhatikan. Baik perhatian dari desa, apalagi dari Puskesmas atau Kecamatan. Paling-paling, ketika harus ditunjuk mengikuti lomba. Yang kami inginkan sebenarnya, kalau ada pembinaan yang terus menerus. Kalau para pimpinan dan petugasnya bergerak, kamipun sebagai warga pastilah akan mendukung”


Mendengar jawaban itu, aku seperti “mendapat” energi, untuk terus membangun kemampuan kader Posyandu. Melalui pendekatan pembelajaran orang dewasa, dengan memanfaatkan waktu santai sesudah pelaksanaan   Posyandu. Akhirnya aku menyampaikan terimakasih atas kerjasama dan keterlibatan semua fihak, termasuk ibu-ibu kader dan bapak-bapak perangkat, yang sejak pagi tadi, bahkan sejak tadi malem menyiapkan acara Posyandu hari itu.

Tuesday, September 20, 2016

Serunya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi

Tiba saatnya yang aku nanti-nantikan, yaitu Senin ke tiiga. Waktu diselenggarakannya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi.se kecamatan, yang tempatnya rutin di Puskesmas Saatnya akan aku mulai melakukan perubahan-perubahan. Pada hari itu hadir perwakilan seluruh kader kelompok penimbangan dan ketua kader dari masing-masing desa. Selain itu, hadir juga dukun bayi yang ada yang sudah dilatih. Di tingkat kecamatan hadir, Ketua kader PPKBD, petugas penyuluh KB dan pembinanya di tingkat Kecamatan.

Pertemuan dibuka pihak Puskesmas, yaitu Bu Christina Murdaningsih, selaku pengelola program KIA. Dalam pembukaannya Bu Chris, demikian semua orang menyapanya, mengantarkan  bahwa pada pertemuan pembinaan kali ini, akan diisi pengisian. Namun tiba-tiba ia seperti pamitan “Maaf ibu-ibu, kalau sema ini kami, khususnya saya menyelenggarakan pertemuan ini banyak kekurangannya. Setua saya ini, saya tidak mampu. Tapi jangan khawatir” Berkata begitu, Bu Chris sambil menunjuk ke arahku duduk, kemudian ia melanjutkan lagi “Mulai sekarang, untuk kegiatan pertemuan kader, pembinaan posyandu, administrasi dan program gizi, sudah ada petugasnya, yaitu Mbah Cokro” seketika para peserta pertemuan  terkejut, karena yang disebut mbah adalah aku-yang nota bene masih bujangan. Akupun hanya menganggukkan kepala. “Pada saatnya nanti biar mbah Cokro ini mengenalkan diri sendiri, beliau sebagai petugas gizi di Puskesmas, dan masih gress, masih bersemangat” jelas Bu Chris, sekaligus mengakhiri pembicaraan.

Tiba giliranku, jujur awalnya agak canggung juga rasanya. Tetapi kemudian, Alhamdulillah dapat berjalan lancar setelah aku mencoba mengenalkan diri. Dalam kesempatan itu, aku menyampaikan usul untuk kegiatan pertemuan pembinaan ini. Diantaranya,  perlunya peningkatan materi penyuluhan bagi kader Posyandu dan Dukun bayi berdasarkan modul pegangan kader. Selain itu, kalau sudah ada menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan menyanyikan Mars KB, aku usulkan juga ada mars hidup sehat. Ternyata kader Posyandu masih asing mendengarnya. Hal lain yang aku usulkan adalah membahas  pelaksanaan kegiatan lima meja di Posyandu, serta pembagian logistik pada kader untuk meningkatkan kelancaran Posyandu di desa. Tentu saja, kader yang mayoritas adalah ibu-ibu, sangat setuju mendengarnya. Apalagi saat itu kegiatan Posyandu merupakan sentral kegiatan kesehatan masyarakat di desa. Mereka butuh dukungan dari pemerintah, baik peralatan, bahan maupun peningkatan kemampuan.

Giliran pada sesi tanyajawab, Subhanallah banyak pertanyaan dan masukan serta keluhan tentang nasib para kader dalam menyelenggarakan penimbangan dan Posyandu. “Selama ini sepertinya pemerintah membiarkan saja kegiatan penimbangan itu dilaksanakan. Kader yang jadi tumpuan pak. Kader jadi ujung tombak, ya ujung tombok. Sementara pengetahuan kami sangat pas-pasan, meskipun sudah ikut pelatihan, apalagi bagi kader yang belum terlatih. Kami sangat tidak percaya diri ketika harus memberikan penyuluhan kepada ibu balita. Perlulah kami dapat dukungan dari petugas. Selama ini ketika jadwal Posyandu, sangat  jarang didatangi petugas puskesmas, yang sering ya PLKB atau Imunisasi, itupun biasanya Pak Slamet, hanya di Balai Desa ” Panjang lebar Bu Sri Sukayah-SKD Kelurahan Plarangan, pada kesempatan pertama memberi masukan, selaku Ketua kader tingkat kecamatan.


Monday, September 19, 2016

"Banyaklah belajar dari lomba desa"

Banyak belajar dari banyak lomba desa
Setelah penugasan dari Kepala Puskesmas dalam staff meeting, akupun segera berkonsultasi kepada atasan dan pegawai-pegawai senior, berkoordinasi dengan para pelaksana program lainnya yang terkait, selain itu akupun melakukan konsolidasi ke dalam tim. Meskipun rata-rata yang aku temui, semua senior, memiliki pengalaman jauh lebih banyak di lapangan. Sehingga strategi yang aku gunakan lebih banyak jadi pendengar yang baik. Berbagai masukan aku tampung, aku kelompok-kelompokkan, ketika menjadi strategi program, aku berkonsultasi pada pimpinan.

Dari hasil mendengar, menampung dan mengelompokkan ide serta mendengarkan pertimbangan pimpinan, aku baru tahu persoalan mendasar administrasi dan program gizi di Puskesmas Karanganyar ini. Akupun menjadi tersadar, mengapa Dinas Kesehatan menempatkanku disini, pikirku dalam hati. Walaupun di sisi lain, aku melihat juga, potensi, dukungan, peluang untuk meningkatkan program gizi di Puskesmas. Salah satu peluang yang aku tangkap dari Kepala Puskesmas, bahwa di Karanganyar ini merupakan daerah lomba. Dari lomba pembangunan desa, lomba PKK hingga lomba sekolah sehat dan dokter kecil. Dalam pikiranku, saat lomba merupakan saat paling mudah menggerakkan partisipasi masyarakat dan kader desa. Bagaimana tidak, karena pada saat yang sama seluruh komponen dan stake-holder terkait juga memberikan dukungan pada kegiatan tersebut.

Selain kegiatan lomba, aku melihat peluang lain, yaitu adanya pertemuan kader dan dukun bayi setiap bulan. Dari beberapa masukan petugas, pertemuan pembinaan ini sudah rutin, tapi sayangnya hanya merupakan forum arisan. Sedangkan pengisian materi pembinaan, sangatlah terbatas. Karena selama ini pembinaannya lebih banyak diisi dari Bidan KIA, sedangkan materi lain seperti imunisasi, KB, Penanggulangan diare dan administrasi/program gizi sangatlah jarang diberikan.

Dari gudang obat, hingga lemari perpustakaan
Setelah mengetahui beberapa persoalan mendasar administrasi dan program gizi di Puskesmas, dan mengetahui peluang yang ada. Sepertinya aku tidak mau membuang kesempatan untuk segera berbenah, mengumpulkan kuatan dan beraksi memperbaiki keadaan. Tekad itu, aku mulai dari gudang obat. Mengapa gudang? Pastilah di tempat ini digunakan untuk menyimpan berbagai logistik, obat dan perbekalan dari berbagai program kesehatan.

Setelah bertemu dan minta izin kepada petugas obat dan penanggung jawab  gudang, akhirnya aku diperkenankan masuk. Oleh Pak Wasimin, demikian nama penanggungjawab gudang itu, yang aku perhatikan orangnya sangatlah santun dan baik hati. Hingga aku dipersilakan melihat  dan membongkar barang yang sekiranya perlu dipindahkan. Pak Wasimin mendampingiku memasuki gudang. Dan benar, aku melihat sesuatu yang aku pikir dapat menjadi alatku kerja dan memperbaiki keadaan.

 Mataku tertuju pada setumpukan blanko SKDN, register pencatatan, poster-poster warna warni berisi iklan layanan masyarakat, buku-buku pedoman pencatatan di Posyandu. Semuanya masih terikat rapi belum, terbuka. Namun sayang, bagian bawahnya rata-rata lembab dan busuk karena terlalau lama ditumpuk. Melihat keadaan ini, tidak sabar aku segera mencari tahu dengan bertanya pada Pak Wasimin. “Pak yang ngurusi buku dan register ini siapa?  Mengapa tidak digunakan, atau dibagikan ke desa atau kader di Posyandu? Mengapa stok tablet dan vitamin begitu banyak disini?” Pertanyaanku  terasa bertubi-tubi, dan akupun  buru-buru meminta maaf padanya, karena barangkali Pak Wasimin merasa bukan urusannya; yang menjadi urusannya hanyalah menyimpan di dalam gudang. Tetapi sangatlah bersyukur, ketika Pak Wasiminpun memberi jawaban. “Ini semuanya yang ngurusi Bu Bidan Christina. Selama ini buku-buku itu hanya ditumpuk, mungkin karena tidak cukup waktu dia ngurusi kegiatan semacam ini. Paling kalau Desa ada yang minta, baru saya ambilkan”.

Akhirnya, aku meminta ijin Pak Wasimin. “Bagaimana jika barang-barang ini saya  pindah ke lemari dekat ruangan saya itu, Pak. Hitung-hitung memanfaatkan lemari sekat itu yang belum dimanfaatkan?” Aku melihat antusiasme Pak Wasimin menjawab “Sangat bisa, mau dipindah sekarang, saya akan bantu” Mendengar dukungan Pak Wasimin, akau seperti dapat tambahan energi untuk memulai bekerja di Puskesmas. Setelah menunggu sore, saatnya Puskesmas sudah sepi pengunjung, aku dibantu Pak Wasimin dan tenaga kebersihan mulai membongkar dan memindahkan barang-barang yang sudah aku kelompokkan ke ruangan dan lemari di ruangan kerjaku.

Dalam waktu kira-kira dua jam, ruangan kerjaku berubah. Lemari perpustakaan sekat tiga tingkat-yang tadinya hanya berisi sulak dan kardus air mineral, seketika berubah isi. Pada tingkat paling atas aku mengisinya buku-buku pedoman program gizi dan posyandu untuk kader dan petugas kesehatan. Pada tingkat kedua, aku meletakkan buku formulir-formulir pelaporan, register pencatatan bayi dan balita di Posyandu  dari berbagai tingkatan administrasi, sejak dari Posyandu, Desa, Kecamatan dan Puskesmas. Pada tingkat ke tiga-paling bawah, aku mengisinya dengan kardus kemasan yang berisi logistik Posyandu, seperti bubuk oralit, kapsul vitamin A dosis tinggi.

Dengan menutupnya pakai korden hijau muda, aku bersiap menunggu datangnya Senin ke tiga. Saat berlangsungnya pertemuan pembinaan kader dan dukun bayi. “Bismillah. Akan aku mulai perubahan-perubahan itu, dari sini”  Desahku lirih, sambil merapikan peralatan, bersiap untuk mengakhiri kerja hari itu.

Friday, September 16, 2016

Didaulat sebagai koordinator tim lapangan

Ketika gagal bertemu Kepala Puskesmas, hari berikutnya aku sudah siap  di Puskesmas Karanganyar lebih awal. Ketemu beberapa orang petugas yang sudah hadir, sempat menjadi heboh. Karena keberadaan petugas gizi di Puskesmas, waktu itu masih terhitung langka. Di Kabupaten sendiri, masih bisa dihitung dengan jari lima. “Puskesmas Karanganyar berarti termasuk prioritas, pikirku; tapi, dalam hal apanya ya” pertanyaan itu berputar dalam benakku. Belum sempat aku memperoleh jawaban dari banyak pertanyaanku, seseorang menghampiriku.

 “Selamat pagi, pak. Kenalkan saya Pak Bambang Tedjo, pelaksana administrasi di sini. Saya memang  pernah mendengardari orang Dinkes Kebumen, tentang rencana penempatan tenaga baru di Puskesmas” Pak Tedjo membuka percakapan sambil mengajakku ke ruang kerjanya di sebelah timur ruang Poloklinik Gigi. Ruang itu memanfaatkan aula yang disekat dengan tripleks. Di ruang itu, selain untuk administrasi ketata-usahaan juga untuk ruang Pak Martono-petugas penyuluh kesehatan. Di depan ruang Pak Tedjo, demikian aku kemudian akrab memanggilnya, digunakan untuk jalan masuk ke aula, ruang P3M dan Bendahara, dapur dan kamar mandi/WC.  Berhadapan dengan ruang Administrasi ada ruang penyimpanan vaksin. Di ruang itulah kemudian aku ditempatkan duduknya, bersama dengan Pak Slamet Cipto Taruno-petugas imunisasi.

Setelah membaca dan mengadministrasikan surat penugasanku, kemudian Pak Tedjo mengajakku keluar, mengenalkanku pada petugas yang sudah hadir. Aku berjalan mengikuti langkah Pak Tedjo masuk ke tiap ruangan. Di ruangan P3M dan Bendahara, aku dikenalkan lagi meskipun kemarin  aku sudah mengenalnya. Di ruangan  Poli Gigi, aku ketemu drg Hananto dan perawat gigi Bu Titin Sumartini, hingga aku dipertemukan dengan Bu Christina Murdaningsih, seorang bidan senior Puskesmas.
“Bersyukur akhirnya ada Mbah Cokro yang akan mengelola administrasi dan laporan-laporan gizi” Seru Bu Christina, setelah aku dikenalkan, sambil menepuk-nepuk punggunggku, dan sesekali mengacungkan jempolnya ke arahku, seperti komunikasi seorang ibu kepada anaknya yang baru pulang dari bepergian.  
“Mbah Cokro, maaf saya panggil begitu, dari namanya, itu nama tokoh dan nama kesepuhan. Saya akan usulkan Bu Dokter agar waktu selanjutnya, Mbah Cokro ini untuk menjadi koordinator tim Posyandu. Saya sudah tua, hampir pensiun, Administrasi dan laporan gizi sangat banyak dan sulit, dan terus terang saya tidak mampu” tukasnya lagi kepadaku, dan seketika mengundang tawa banyak petugas yang ikut disitu. “Alhamdulillah, seratus persen saya setuju dan saya dukung” seru Pak Suparno-seorang mantri yang aku dengar, seperti halnya  Bu Bidan Cristina, banyak pasiennya di rumah.  

Dan benar, ketika tiba saat staf meeting, Kepala Puskesmas Karanganyar, dr Nunik Agustriani setelah mengenalkanku kepada karyawan yang lain, mendaulat agar aku menjadi koordinator program gizi dan tim Posyandu. Dan beliau menempatkan aku di ruang bersama dengan Pak Slamet Cipto-juru imunisasi, dengan pertimbangan untuk memudahkan kerjasama dalam program Posyandu. Posyandu pada saat itu merupakan keterpaduan program gizi, kesehatan ibu-anak, penanggulangan diare, Imunisasi dan Keluarga Berencana. "Sehingga di dalam praktek, Pak Cokro harus banyak berinteraksi dan berkoordinasi  bukan hanya dengan petugas di Puskesmas, tetapi juga dengan petugas KB, Ssosial dan Tim Penggerak PKK Kecamatan. Apalagi daerah ini seringkali mewakili untuk lomba tingkat Kabupaten atau Provinsi" Demikian pesan Kepala Puskesmas, di sela-sela memberikan pembinaan pada staf Puskesmas.



Sepertinya aku pegawai paling muda di Puskesmas Karanganyar

Setelah tiba di ruang TU dimaksud, aku mencoba masuk, karena pintunya separuh terbuka. Ada dua ruangan yang saling berhadapan, disamping  kanan dan kiriku. Tertulis KEPALA PUSKESMAS diatas pintu ruangan sebelah kananku. Ruangan itupun tertutup. Sementara itu, ruang di sebelah kiriku, separuh terbuka. Dari luar ruang aku melihat ada dental unit-alat untuk periksa gigi. Aku menyimpulkan sendiri ruang itu adalah Poliklinik gigi. Berdiri diantara dua ruang sepi itu, lurus  aku melihat ruangan  besar seperti aula. Hanya disekat2  tripleks sebagai pembatas untuk ruang kerja administrasi, sebagian bahkan digunakan untuk papan data.

Di ujung ruamgan besar, dari balik papan tripleks, aku mendengar beberapa orang sedang bercakap. Akupun melangkah maju ke arah sumber suara itu. Kira-kira tiga meter sebelum sampai ruangan, segera aku menyampaikan salam. Hampir bersamaan orang-orang tadi menjawab salamku. Seketika itu pembicaraan mereka berhenti. Kemudian mereka menoleh ke arahku. Segera aku menyalami mereka. Setelah aku mengenalkan diri, kemudian mereka dimulai dari seorang bapak  memperkenalkan kepadaku. “Kenalkan nama saya Musimin,  ini Bu Rumilah dan ini Bu Supri, Suprihati” Demikian Pak Musimin menjelaskan, menurutnya agar tidak keliru. ‘Karena disini ada Suprihati dan Suprihatin. Tetapi kalau bu Suprihatin, biasa dipanggil Bu Driyo-Bu Lurah Jatiluhur” jelas Pak Musimin lagi. Setelah dipersilakan duduk,  akupun menyampaikan perihal penugasanku dari Dinas Kesehatan.

Memang siang itu, aku datang ke Puskesmas Karanganyar bermaksud untuk melapor kepada Kepala Puskesmas terkait penugasan dari Kepala Dinkes Kebumen.  Sesuai surat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, aku ditempatkan di Puskesmas Karanganyar, sebagai Petugas Gizi. Secara status kepegawaian, aku termasuk PNS Pusat yang diperbantukan di kabupaten. Sehingga menjadi wewenang kabupaten, untuk menempatkannya di daerah yang membutuhkan.

Sepertinya mereka “surprised” dengan kehadiranku sebagai calon PNS baru. Menurut penuturan Pak Mus, demikian mereka akrab menyebut Pak Musimin, sejak penempatan Bu Titin yang perawat gigi itu, hampir sepuluh tahunan tidak ada penempatan pegawai baru. “Rata-rata pegawai disini sudah hampir pensiun. Kebanyakan kami ini dulu pegawai P3M (Program Pemberantasan Penyakit Malaria), yang kemudian ditempatkan di Puskesmas-puskesmas yang dekat dengan daerah asal. Termasuk disini, ada Pak Sakir, Pak Sugeng, Pak Samingan dan Pak Noto. Mereka di Puskesmas ditugasi sebagai juru malaria desa” Jelas pak Musimin, sambil berkali-kali menghisap rokok dan membuat lagi “linthingan” rokok dengan aroma klembak menyan.


Bercakap tentang pengalaman dengan mereka sangat menyenangkan, hingga tidak terasa hampir dua jam. Sampai sejauh ini, tujuan utamaku bertemu untuk ‘unjuk muka’ kepada Kepala Puskesmas belum terlaksana. “Besok pagi saja mas Cokro, ketemunya Kepala Puskesmas. Soalnya Bu dokter Nunik Agustriani, juga merupakan Kepala Puskesmas yang baru, dan belum menetap di rumah dinas. Rumah dinas yang di depan kompleks Puskesmas itu, masih ditempati Kepala Puskesmas lama, yaitu Pak Dokter H. Suwarno. Dalam minggu ini saya dengar, beliau mau pindahan ke RSUD Kebumen” Pak Mus menyudahi pembicraan. Akupun kemudian berpamitan untuk kembali ke kebumen.

Thursday, September 15, 2016

Tugas pertamaku di Puskesmas Karanganyar

Kantor Puskesmas Karanganyar,  orang sekitar menyebutnya sebagai Klinik atau Rumah Sakit Nirmolo. Nama Nirmolo kalau ditelisik dari cerita maupun dari penuturan tokoh/pelaku sejarah,  tidak lepas dari sejarah Karanganyar sebagai Ibu Kota Kabupaten.
Namanya Nirmolo dan letaknya di pinggir timur kota Karangnayar. RS Nirmolo dibangun  sebagai kelengkapan yang dipersyaratkan bagi sebuah kota. Nama rumah sakit Nirmolo menginsyaratkan bangunan itu berasal dari awal abad ke-20, ketika pengaruh  propaganda 'Timur' makin terasa. Dengan tampilnya nama Nirmolo berarti tanpa penyakit, makin menambah “cita-rasa” propaganda sebagai “Saudara ASIA”.

Kesan khas bangunan itu, sangat terasa ketika aku memasuki komplek bangunan RS Nirmolo yang sekarang menjadi Puskesmas Karanganyar itu.  Ini terjadi di awal November tahun 1987. Halaman yang luas dan ditumbuhi pepohonan di kanan kirinya mendatangkan suasana hijau. Letaknya yang berbatasan dengan pesawahan, senantiasa terkena terpaan angin yang bertiup dari pesawahan, membuat  lingkungan terasa sejuk, hingga membuat daun telingaku terasa dingin.

Ketika pertama kali aku memasuki bangunan Puskesmas, aku melihat betapa kokoh dan tebal setiap dindingnya, juga tinggi ukuran pintu dan atap plafonnya. Aku menemukan ruang pertama, yang aku tahu dari tulisan yang ada, adalah loket pendaftaran. Sepi, pintunya tertutup. Sesekali ada petugas yang keluar, sepertinya bergegas mau pulang kantor. Aku akui bahwa aku datangnya sudah siang, untuk ukuran kerja di Puskesmas kala itu. Padahal, jika di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten, waktu seperti saat itu, masih ramai dengan pelayanan kantor. Hingga aku segera berlari kecil, menghampiri petugas. Sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman, aku berucap salam. “Assalamu’alaikum. Maaf Mas, kalau saya mau ketemu Kepala Puskesmas, dimana ya?” Dengan singkat petugas itu berkata: “Sudah tutup. Paling ke TU (Maksudnya, Tata Usaha), barangkali masih ada orang” Berkata singkat petugas yang belakangan saya tahu namanya Mas Suprapto-seorang pekarya kesehatan yang bertugas di loket obat, itu sambil menunjuk ke arah lokal bangunan yang terletak di sebelah utara.

Sambil melangkah pelan, aku melihat tengadah dan melihat sekeliling bangunan. Sepertinya aku berjalan melintas dibawah doorloop, yaitu bangunan beratap yang menyerupai lorong yang menghubungkan antar ruangan utama. Jauh disebelah kananku berjalan, kira-kira 200 meter, aku melihat bekas bangunan tower air yang kokoh berdiri. Sementara dekat bangunan tower, ada sisa dinding selebar kira-kira satu ruangan, dari dindinglainnya yang sudah runtuh. Pemandangan bangunan bekas tower air itu, semakin menguatkan kesan bangunan lamanya, sebagai Rumah Sakit Nirmolo. Konon letak rumah sakit yang berada di batas persawahan, pada waktu itu tentunya dihubungkan dengan udara di sana yang segar. Karanganyar belum membutuhkan air pipa, karena air tanah masih mencukupi, dan bilamana cadangann memyusut—misalnya pada waktu musim kemarau—maka dapat terjadi penambahan aie dari saluran pengairan di dekatnya yang airnya berasal dari pintu air Sindut, menuju ke kota dan terus ke persawahan.

Tulisan mendatang:
Sepertinya aku pegawai paling muda, hingga dipanggil “Mbah”
Didaulat sebagai koordinator Tim
Banyak belajar dari banyak lomba
Dari gudang obat, hingga pavillion